Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax

Authors

  • Anisa Rizki Sabrina

DOI:

https://doi.org/10.37535/101005220183

Keywords:

era post-truth, hoax, literasi digital, literasi media Potter

Abstract

Salah satu hal terpenting dalam menghadapi peredaran informasi palsu (hoax) di era post-truth adalah meningkatkan literasi digital. Tujuan memiliki kemampuan literasi digital ialah untuk memberikan kontrol lebih pada khalayak dalam memaknai pesan yang berlalu-lalang di media digital. Tulisan ini kemudian akan mengeksplorasi urgensi literasi digital, bagaimana pengaruhnya, serta cara meningkatkan kecakapannya sebagai upaya menanggulangi hoax. Studi ini menggunakan metode kepustakaan dalam mengelaborasi berbagai macam literatur baik berupa buku, jurnal, majalah, maupun literatur yang relevan dengan tema tulisan. Dalam studi ini, akan dilakukan penyesuaian terhadap ekologi media yang sudah berubah sehingga mendorong adanya unsur kebaruan dari studi terdahulu, khususnya literasi media. Mengembangkan definisi literasi media yang dicetuskan oleh W. James Potter, penulis mencoba membagi definisi literasi digital ke dalam tiga kategori serupa (dengan mengganti obyek media menjadi teknologi digital) yakni umbrella definition, definisi proses, dan definisi tujuan. Perbedaan tingkat literasi tentu saja akan berdampak pada perbedaan kontrol individu dalam proses interpretasi informasi yang ada, terutama informasi yang beredar di media sosial. Di satu sisi, media sosial dapat dilihat sebagai satu langkah lebih dekat dengan demokrasi pada internet, dan menutup kesenjangan digital antara negara berkembang dan negara maju. Akses pada informasi dan dukungan sosial dapat meningkat. Namun di sisi lain, beberapa kasus negatif ditemukan dalam ranah kebebasan berpendapat seiring intensnya penggunaan media sosial di masyarakat. Berdasarkan data dari Diskominfo Jabar 2012, saluran penyebaran berita hoax sebanyak 92,4% ditemukan melalui media sosial. Oleh sebab itu, relasi literasi digital dengan upaya mengatasi kasus hoax perlu lebih banyak digali terutama pada golongan media sosial dengan kasus hoax terbanyak yaitu jenis mikroblog (Twitter) dan SNS (Facebook dan Instagram). Pertama, literasi digital sebagai sebuah keharusan dalam kehidupan komunikasi akan ditinjau mulai dari konsep teoritis hingga arti pentingnya. Kedua, tulisan ini akan membahas relasi literasi digital dengan upaya penanggulangan hoax di era post-truth. Ketiga, mekanisme peningkatan kecakapan literasi digital akan dihadirkan sebagai upaya preventif. Relasi literasi digital dalam memberantas berita palsu ini terletak pada peran kemampuan kognitif khalayak dalam proses verifikasi informasi. Bahkan, pada tingkatan yang lebih tinggi, literasi digital dapat membantu individu memberikan informasi alternatif atas informasi yang sudah terkonfirmasi kepalsuannya. Bila kontrol konten media sosial rasanya sulit dilakukan oleh pemilik media, pemerintah, maupun kelompok lainnya, literasi digital adalah salah satu solusinya. Dengan menggalakkan literasi digital, pengendalian diri terhadap penggunaan media sosial dapat dilakukan secara optimal. Peningkatan literasi digital sebagai bentuk self control menjadi solusi untuk mencegah kasus peredaran informasi palsu (hoax) menjadi berulang dan semakin banyak. Literasi digital dapat menjadi cara yang efektif untuk menanggulangi informasi palsu (hoax) di era post-truth, dengan mengenalkan tanda- tanda berita palsu, prosedur verifikasi informasi, hingga menindaklanjuti informasi yang kiranya masuk kategori hoax.

References

Adiputra, Wisnu Martha. 2008. Literasi Media dan Interpretasi atas Bencana. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 11 (3), 1-20. Diakses melalui https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10992

Akers, R. 1991. Self-Control as a General Theory of Crime. Journal of Quantitative Criminology, 7(2), 201-211. Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/23365747

Chase, Z., & Laufenberg, D. 2011. Embracing the Squishiness of Digital Literacy. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 54(7), 535-537. Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/41203403

Eshet-Alkalai, Yoram & Soffer, O. 2012. Guest Editorial - Navigating in the Digital Era: Digital Literacy: Socio-Cultural and Educational Aspects. Journal of Educational Technology & Society, 15(2), 1-1. Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/jeductechsoci.15.2.1

Grizzle, A., Wilson, C., Tuazon, R., & Cheung C.K (eds). 2011. Media and Information Literacy. Curriculum for Teachers. UNESCO.

Kaplan, Andreas M. & Haenlein, Michael. 2010. Uses of the World, Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media. Business Horizons, 53 (1), 59-68. Diakses melalui https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0007681309001232

Keersmacker, Jonas De & Roets, Arne. 2017. ‘Fake News’: Incorrect, but hard to correct. The Role of Cognitive Ability on the Impact of False Information on Social Impressions. Diakses melalui Intelligence 65, p. 107-110.

Keyes, Ralph. 2004. The Post-Truth Era: Dishonesty and Deception in Contemporary Life. New York: St Martin’s Press.

Lanham, R. 1995. Digital Literacy. Scientific American, 273(3), 198-200. Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/24981795

Lewandowsky, Stephan dkk. 2017. Beyond Misinformation: Understanding and Coping with the “Post-truth” Era. Diakses melalui Journal of Applied Research in Memory and Cognition 6, p. 353-369.

Oxford, 2016. Word of the Year. https://en.oxforddictionaries.com/word-of-the-year/word-of-the-year-2016
Potter, W. James. 2001. Media Literacy 2nd Edition. California: Sage Publications.

Potter, W. James. 2004. Argument for the Need for a Cognitive Theory of Media Literacy. American Behavioral Scientist, 48 (2), 266-272. Diakses melalui http://journals.sagepub.com.ezproxy.ugm.ac.id/doi/pdf/10.1177/0002764 204267274

Pratama, Aditya Hadi. 2017. Perkembangan Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2016 Terbesar di Dunia. Diakses melalui https://id.techinasia.com/pertumbuhan-pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2016

Roese, V. 2018. You won’t believe how co-dependent they are: Or: Media hype and the interaction of news media, social media, and the user. In Vasterman P. (Ed.), From Media Hype to Twitter Storm: News Explosions and Their Impact on Issues, Crises, and Public Opinion (pp. 313-332). Amsterdam: Amsterdam University Press. Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/j.ctt21215m0.19

Van Dijck, José.2013. The Culture of Connectivity. A Critical History of Social Media. New York: Oxford University Press.

Yates, Simeon. 2016. ‘Fake News’ – Why People Believe It and What Can Be Done to Counter It. Diakses melalui https://ethicaljournalismnetwork.org/fake-news-people-believe-can-done-counter

Downloads

Published

2019-01-16

How to Cite

Sabrina, A. R. (2019). Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax. Communicare : Journal of Communication Studies, 5(2), 31–46. https://doi.org/10.37535/101005220183